Konsultasikan mengenai keinginan anda kepada kami, dan kami akan siap membantu sesuai dengan konsep dan budget anda

Instalasi Wahana Flying Fox

Pada dasarnya, konstruksi flying fox memang dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

  1. Konstruksi permanen : biasanya di tempat2 wisata & markas militer , di rancang permanen dengan menggunakan menara / tower / Pohon sebagai tempat Peluncuran (Start).

  2. Konstruksi nonpermanen : biasanya di pakai pada acara outbound/gathering atau bahkan untuk acara ulang tahun. Dirancang dengan menggunakan media yang ada di lokasi yang dipergunakan. Tempat peluncurannya biasanya dari pohon atau perbukitan yang tidak terlalu tinggi.

Hal Penting

Pada dasarnya, konstruksi flying fox memang dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

Hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada permainan flying fox non permanen:

  • Apabila lintasan dibuat dari pohon ke pohon, perhatikan jenis pohon yang dipergunakan untuk tambatan. Pohon dengan diameter lebih besar dan berakar tunggang memiliki kekuatan yang cukup baik untuk dipergunakan.

  • Letak pohon yang dipergunakan tidak berada di kemiringan, tepi tebing atau tanah gembur karena rawan tumbang.

  • Diperlukan main achor (Tambatan kedua) pada pohon untuk mengurangi goncangan pohon pada saat peluncuran.

  • Ranting / dahan kering yang ada di pohon harus dibersihkan sebelum dipergunakan agar tidak terjadi patahan pada saat peluncuran dan membahayakan orang yang berada dibawahnya. Ini merupakan hal sering dianggap kecil sehingga jarang diperhatikan).

  • Arena dibawah lintasan harus steril dari anak-anak / peserta lainnya untuk menghindari kecelakaan akibat terlilit tali belay.

  • Teknis pemasangan semua peralatan harus tetap ditangan ahlinya, kalaupun harus dibantu oleh beberapa orang pengawasan terakhir harus mereka yang benar-benar ahli.

  • Sebelum dipergunakan oleh peserta harus dilakukan test oleh team ahli, terkait kecepatan luncur, tempat mendarat dan ayunan kalau seandainya terjadi gagal pengereman.

  • Jangan sungkan2 untuk bertanya latar belakang instruktur, karena biasanya pada permainan yang trend sering kali semua orang berlomba-lomba untuk buat permainan sejenis tanpa pengetahuan rescue yang memadai. Latar belakang militer, SAR, Pramuka, Pecinta Alam dan mereka yang biasa melakukan kegiatan outdoor adalah salah satu syarat untuk membuat ketenangan peserta / orang tua karena secara umum mereka dibekali kemampuan rescue apabila terjadi hal- hal diluar rencana.

  • Cara paling mudah dan tidak membuat mereka tersinggung adalah dengan pura-pura bertanya, “Mas, kalau misalnya terjadi macet di tengah gimana ya?” Apabila mereka bisa menjelaskan langkah yang akan diambil kalau terjadi seperti itu (banyak sekali teknisnya) berarti dia cukup pengalaman. Tetapi kalau dijawab tidak mungkin macet karena alatnya standar dan aman, maka kemungkinan besar belum berpengalaman.

Cara Sederhana Melihat Keamanan Wahana Flying Fox :

| Pertama adalah Untuk Lintasan yang digunakan adalah bahan Sling Baja:

  1. Perhatikan jumlah lintasan yang dipergunakan. Flying fox bisa menggunakan 1 lintasan (dengan persyaratan khusus), 2 atau 3 lintasan pada umumnya.

  2. Perhatikan diameter sling baja yang dipergunakan. Sebaiknya lintasan utama (lintasan paling bawah) mempunyai diameter yang lebih besar (10 mm) daripada lintasan pengaman di atasnya karena beban sesungguhnyah bertumpu pada lintasan utama

  3. Sling yang kelihatan karatan dan kering adalah bukti jarangnya dilakukan maintenance.

  4. Sling dengan bahan Galvanis (dengan ciri – ciri putih mengkilap) mempunyai daya tahan yang lebih baik dari pada sling baja yang mudah berkarat. Bisa juga diganti dengan tali kernmantel static dengan diameter 11 atau 12 mm.

| Kedua adalah Tempat Peluncuran (Start) :

  1. Perhatikan tempat peluncuran (start), apakah memiliki ruang yang cukup untuk berberapa orang, karena berada di ketinggian akan sangat riskan kalau tempatnya terlalu sempit dan harus disediakan tempat / tambatan yang aman bagi peserta sebelum mulai melakukan flying fox.

  2. Perhatikan jumlah instruktur yang berada di tempat start, paling tidak 2 orang, 1 orang membantu peserta pada saat sudah mencapai ujung tangga (dengan belay) dan mengamankan posisi peserta pada saat 1 orang lainnya memasang carabiner pada body connection flying fox.

| Ketiga adalah Pengaman peluncur (belay) :

  1. Belay adalah teknik membantu mengemudikan, memperlambat gerakan dan mengamankan peserta pada berbagai kegiatan high rope (kegiatan menggunakan tali di atas ketinggian dan beresiko tinggi), untuk menghindari hal- hal yang tidak diharapkan. Ini dilakukan pada kegiatan-kegiatan panjat tebing, turun tebing / rapling, flying fox dan kegiatan hight risk lainnya.

  2. Alat – alat yang dipergunakan untuk belay terutama : tali (kernmantel), figure of eight (cincin 8), carabinner, seat harness bagi belayer dan belayer wajib menggunakan sarung tangan yang terbuat dari kulit.

  3. Teknik belay disesuaikan dengan jenis permainan dan tingkat kecepatan luncur peserta apabila kondisi tidak terkontrol. Contoh sederhana di kegiatan flying fox pasti dibawah ada 1 orang yang memegang tali yang terhubung dengan lintasan, sehingga apabila peserta sampai ke titik tersebut akan mulai direm oleh belayer. Sebaiknya ada 2 tali dan di kemudikan 2 orang di kanan dan kiri sling.

  4. Jumlah belay sebaiknya 2 orang, satu belay utama dan satu lagi belay cadangan sehingga kalau terjadi belay utama tidak berfungsi optimal (bisa terjadi akibat luncuran yang terlalu laju dan beban peserta yang cukup berat) maka pengereman dilakukan oleh belayer ke dua. Fungsi belay / rem pada permainan flying fox adalah untuk mengurangi kecepatan luncur peserta sehingga bisa mendarat dengan mulus di tempat pendaratan.

  5. Perhatikan peluncuran peserta sebelumnya, apabila pendaratan berjalan mulus berarti belayernya berpengalaman, tetapi kalau terjadi beberapa kali kejutan / hentakan berarti belayernya masih terlalu kasar dalam melakukan pengereman.

| Keempat adalah Pengamanan lain (tali, harness, dan jaring pengaman) :

  1. Beberapa penyelenggara mempergunakan jaring di ujung luncuran (tempat pendaratan), ini merupakan pengaman terakhir bagi peserta agar tidak terjadi benturan pohon atau tiang di ujung luncuran.

  2. Fullbody harness, namun ada beberapa penyelenggara outbound mempergunakan tali webbing sebagai pengganti fullbody harness (tidak direkomendasikan).

  3. Apabila tidak mempergunakan jaring, perhatikan ujung ikatan / tambatan sling pada pohon atau tiang. Jarak aman ujung ikatan minimal 2m dari pohon sehingga kalau terjadi gagal pengereman (brake) maka peserta tidak membentur pohon, tetapi berayun di depan pohon / tiang.

  4. Perhatikan jenis carabiner yang dipergunakan, sebaiknya dengan screw sebagai pengaman. Carabiner tanpa screw hanya boleh dipergunakan oleh militer, SAR, Pramuka karena membutuhkan kecepatan dalam memasang dan membukanya.

Dapatkan penawaran dengan HARGA yang sesuai dengan Budget Perusahaan Anda